Image by Gerd Altmann from Pixabay

Merebaknya Covid-19 sejak awal 2020 telah mendorong masyarakat mempraktikkan social distancing. Teknologi internet dan alat elektronik dapat memenuhi kebutuhan akan telekomunikasi secara virtual. Namun, risiko tinggi tetap ada karena tidak ada yang dapat menjamin bahwa kondisi rawan merebaknya virus Corona akan segera berhenti. Bagaimana pun kita masih berinteraksi dengan benda-benda fisik dalam sebuah lingkungan fisik, baik tempat tinggal hingga tempat-tempat umum seperti toko, kantor, dan rumah sakit. Saat menyentuh atau menggunakan pegangan pintu, tutup toilet duduk, hingga keran air kamar mandi, tanpa disadari benda-benda yang digunakan bersama-sama tersebut berpotensi menjadi media bagi penularan virus. Oleh karena itu, teknologi harus dilibatkan untuk membantu mencegah atau mengurangi dampak penularan melalui lingkungan fisik.

Sesungguhnya, teknologi dan kecerdasan buatan telah banyak dimanfaatkan untuk memecahkan masalah sosial, arsitektur hingga transportasi publik. Aksesibilitas pada bangunan fasilitas umum seperti rumah sakit, klinik, sekolah, bank, pertokoan atau supermarket, hingga stasiun, dapat diselesaikan dengan memanfaatkan motion detection (sensor gerak) atau optical sensor (sensor optik). Pintu-pintu dapat membuka otomatis tanpa perlu disentuh. Penutup toilet duduk dan tombol keran penyiram air dapat diturunkan tanpa perlu disentuh. Teknologi voice recognition (sensor suara) dan wireless (nirkabel) juga telah dimanfaatkan untuk mengendalikan dan mengatur pencahayaan dan penghawaan interior bangunan menyesuaikan iklim dan waktu secara otomatis. Mengaktifkan lampu, pendingin ruangan, hingga alat elektronik, dapat menggunakan perangkat canggih yang diaktifkan dengan voice command (perintah suara suara) seperti teknologi Alexa. Masalah efisiensi waktu, pelecehan seksual hingga privasi dan keamanan pada fasilitas transportasi publik juga mendorong digunakannya sistem kendali jarak jauh untuk membuka pintu-pintu kereta, bus, atau taksi secara otomatis, bahkan menggerakkan kendaraan secara driverless (tanpa pengemudi). Memanfaatkan teknologi touchless (tanpa kontak) untuk situasi saat ini bukan lagi dianggap sebagai trend, tapi sebagai solusi untuk menghambat laju penularan virus Corona dalam menerapkan social distancing di wilayah ruang publik.

 

Ditulis oleh:

Lya Dewi Anggraini, S.T., M.T., Ph.D.
Dosen Arsitektur – Interior (INA) UC

About the author : Admin

Website ini dikelola oleh Program Studi Informatika Universitas CIputra. Semua artikel yang dimuat merupakan milik penulis, dan pengelola website tidak bertanggung jawab terhadap isi artikel. Silahkan memanfaatkan isi website ini dengan penuh kesadaran dan melalukan validasi maupun cek dan ricek sebelum memanfaatkannya.

Leave A Comment